MAKALAH LANDASAN DAN ASAS - ASAS PENDIDIKAN
MAKALAH LANDASAN DAN ASAS - ASAS PENDIDIKAN
MATA KULIAH PENGANTAR PENDIDIKAN
Di susun oleh Ilham Khofidurrozzak Muhammad.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik
selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah landasan dan
asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena
pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat
suatu bangsa tertentu.
Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut
adalah landasan filosofi, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang
peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah
dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian
berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat
tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan
menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam
merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan.
Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai
landasan dan asas pendidikan. Landasan pendidikan tersebut adalah landasan
filosofis, sosiologis, kultural, psikologis, dan iptek. Sedangkan asas-asas
pendidikan yang akan dikaji adalah Asas tut wuri handayani, asas belajar
sepanjang hidup, dan asas kemandirian dalam belajar.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud landasan pendidikan ?
2. Apa
sajakah landasan pendidikan ?
3. Apakah
yang dimaksud asas – asas pendidikan ?
4. Apa
sajakah asas – asas pendidikan ?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian landasan pendidikan
2. Untuk
mengetahuai macam – macam landasa pendidikan
3. Untuk
mengatahuai apa yang dimaksud asas – asas pendidikan
4. Untuk
mengetahui macam – macam asas pendidikan
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Landasan Pendidikan
Secara
leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar
atau alas, karena itu landasan merupakan tempat bertumpu atau titik
tolak atau dasar pijakan. Landasan yang bersifat koseptual identik dengan
asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan
menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Pendidikan
antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama dari sudut praktek
sehingga kita mengenal istilah praktek pendidikan, dan kedua dari sudut studi
sehingga kita kenal istilah studi pendidikan. Pendidikan adalah sesuatu yang
universal dan berlangsung tak terputus dari generasi ke generasi mana pun di
dunia ini. Oleh karena itu, meskipun pendidikan besifat universal, namun
terjadi perbedaan – perbedaan tertentu dengan pandangan hidup dan latar
sosiokultural tersebut. Dengan kata lain, pendidikan diselenggarakan berdasarkan
filsafat hidup serta sosiokultural setiap masyarakat, termasuk di Indonesia.
Ada
beberapa landasan yang melandasi atau menasari pendidikan yaitu landasan
filosofis, landasan sosiologis, landasan kultural dan dua landasan yang selalu
erat kaitanya dalam setiap upaya pendidikan, yakni landasan psikologis dan
landasan iptek.
Maka
dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah asumsi –asumsi yang menjadi
dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
2. Macam
– Macam Landasan Pendidikan
a. Landasan
filosofis
Landasan
Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah
pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi
tujuannya, dan sebagainya.
Landasan
filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat,
falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasaYunani, philein
berarti mencintai, dan sophos atausophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana.
Filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan konseptual yang
menghasilkan konsepsi – kosnsepsi mengenai kehidupan dan dunia. Konsepsi –
konsepsi silosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya bersumber dari dua faktor, yaitu :
a) Religi
dan etika yang bertumpu pada keyakinan
b) Ilmu
pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada dianatara keduanya:
Kawasannya seluas religi, namun lebih dekat dengan ilmu pengetahuan karena
filsafat timbul dari keraguan dan karena mengandalkan akal manusia (Redja Mudyahardjo,
et.al., 1992: 126-134.)
Tinjauan filosofis tentang sesuatu,
termasuk pendidikan, berarti berpikir bebas serta merentang pikiran sampai
sejauh – jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah filsafat dapat dalam
dua pendekatan, yakni:
1) Filsafat
sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang
serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
2) Filsafat
sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemology (tentang
benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan
jelek), metafisika (tentang hakikat yang “ada”, termasuk akal itu sendiri),
serta sosial dan politik (filsafat pemerintahan).
Kajian – kajian yang dilakukan oleh
berbagai cabang filsafat akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan, karena
prinsip – prinsip dan kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan
dalam bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang pendidikan dengan hasil
kajian antara lain tentang :
a) Keberadaan
dan kedudukan manusia sebagai makhluk di dunia ini, seperti yang disimpulkan
sebagai zoom politicon, homo sapiens,
animal educandum, dan sebagainya.
b) Masyarakat
dan kebudayaan.
c) Keterbatasan
manusia sebagai makhluk hidup yang banyak menghadapi tantagan.
d) Perlunya
landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan (
wayan Ardhan, 1986: Modul 1/9 )
Hasil – hasil tersebut, utamanya tentang
konsepsi manusia dan dunianya, sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan.
Beberapa aliran filsafat yaitu sebagai berikut:
1.
Naturalisme
2.
Idealisme
3.
Pragmatisme
Naturalisme
merupakan aliran filsafat yang menganggap segala kenyataan yang bisa ditangkap
oleh panca indra sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini biasa pula
diberi nama yang berbeda sesuai dengan variasi penekanan konsepsinya tentang
manusia dan dunianya.
Idealisme
menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa
yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide
sebagai kebenaran bersifat spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan
itulah sebagai kebenaran atau nilai sejati yang absolute dan abadi.
Pragmatisme
merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai dari
segi nilai kegunaan praktis; dengan kata lain, paham ini menyatakan yang
berfaedah itu harus benar, atau ukuran kebenaran didasarkan pda kemanfaatan
dari sesuatu itu harus benar. Atau ukuran kebenaran didasarkan kepada
kemanfaatan dari sesuatu itu kepada manusia (Abu Hanifah, 1950: 136). John
Dewey (dari Redja Mudyahardjo, et. Al., 1992: 144), salah seorang tokoh
pragmatisme, mengemukakan bahwa penerapan konsep pragmatisme secara
eksperimental melalui lima tahap:
1) Situasi
tak tentu (indeterminate situation), yakni timbulnya situasi ketegangan didalam
pengalaman yang perlu dijabarkan secara spesifik.
2) Diagnosi,
yakni mempertajam masalah termasuk perkiraan factor penyebabnya.
3) Hipotesis,
yakni penemuan gagasan yang diperkiarakan dapat mengatasi masalah.
4) Pengujian
hipotesis, yakni pelaksanaan berbagai hipotesis dan membandingkan hasilnya
serta implikasinya masing-masing jika dipraktekkan.
5) Evaluasi,
yakni mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik dilaksanakan.
Oleh karena itu, bagi paragtisme, pendidikan
adalah suatu proses eksperimental dan metode mengajar yang penting adalah
metode pemecahan masalah. Pengaruh aliran paragtisme tersebut bahkan terwujud
dalam gerakan pendidikan progresif atau progresivisme sebagai bagian dari suatu
gerakan reformasi sosiopolitik pada akhir abad XIX dan awal abad XX di Amerika
Serikat. Progresivisme menentang pendidikan tradisionalis serta mengembangkan
teori pendidikan dengan prinsip -
prinsip antara lain:
1) Anak
harus bebas agar dapat berkembang wajar.
2) Menumbuhkan
minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
3) Guru
harus menjadi peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
4) Harus
ada kerja sama sekolah dan rumah.
5) Sekolah
progresif harus merupakan suatu laboraturium untuk melakukan eksperimentasi
(Wayan Ardhana, 1986: 16-17)
Selanjutnya perlu dikemukakan secara
ringkas empat mazhab filsafat pendidikan yang besar pengaruhnya dalam pemikiran
dan penyelenggaraan pendidikan. Keempat mazhab filsafat pendidikan itu (Redja
Mudyahardjo, et. Al., 1992: 144-150; Wayan Ardhana, 1986 :14-18) adalah:
A. Esensialisme.
Esensialisme merupakan mazhab filsafat
pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan realisme secara eklektis.
Berdasarkan eklektisisme tersebut tersebut maka esensialisme tersebut
menitikberatkan penerapan prinsip idealisme atau realisme dengan tidak
meleburkan prinsip – prinsipnya. Filsafat idealisme memberikan dasara tinjauan
yang realistic. Matematika yang sangat diutmakan idealisme, juga penting
artinya bagi filsafat realisme, karena matematika adalah alat menghitung
penjumlahan dari apa-apa yang riil, materiil dan nyata.
Menurut Mazhab ensesialisme, yang
termasuk the liberalarts, yaitu:
1) Penguasaan
bahasa termasuk rerorika
2) Gramatika
3) Kesusateraan
4) Filsafat
5) Ilmu
kealaman
6) Matematika
7) Sejarah
8) Seni
keindahan (fine arts)
9) Perenialisme
Ada persama antara perenialisme dan
esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum tradisional yang berpusat pada
mata pelajaran yang poko – pokok (subject centered). Perbedaannya ialah
perenialisme menekankan keabadian teori kehikamatan, yaitu:
1) Pengetahuan
yang benar (truth)
2) Keindahan
(beauty)
3) Kecintaan
kepada kebaikan (goodness)
Oleh karena itu dinamakan perenialisme
karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau perennial. Prinsip
pendidikan antaralain:
1) Konsep
pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.
2) Inti
pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan mahluk manusia yang unik, yaitu
kemampuan berpikir.
3) Tujuan
belajar ialah mengenal kebenaran abadi dan universal.
4) Pendidikan
merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.
5) Kebenaran
abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic subjects)
B. Pragmatisme
dan Progresivisme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang
memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan,
aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
Progresivisme yaitu perubahan untuk
maju. Manusia akan mengalami perkembangan apabila berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan pendidikan
progresif mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa
prinsip, antara lain sebagai berikut:
1) Anak
harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar
2) Pengalaman
langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar.
3) Guru
harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
4) Sekolah
progresif harus merupakan sebuah laboratorium untuk melakukan reformasi
pedagogis dan ekperimentasi.
C. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionalisme adalah suatu
kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresif dalam pendidikan. Individu
tidak hanya belajar pengalaman –
pengalaman kemasyarakatan masa kini di sekolah, tapi haruslah mempelopori
masyarakat kearah masyarakat baru yang diinginkan. Dan dalam pengertian lain, rekonstruksionisme
adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan
sebagai pelopor perubahan masyarakat.
b. Landasan
Sosiologis
Manusia yang hidup berkelompok, sesuatu yang terjadi
dengan yang lain sama halnya hewan,tetapi pengelompokan pada manusia lebih
rumit dari pada hewan.pada wayan Ardhan hidup berkelompok pada hewan memiliki
ciri:
· Pembagian
pada anggotanya
· Ketergantungan
pada anggota
· Ada
kerjasama anggota
· Komunikasi
antar anggota
· Dan
adanya diskrimunasi antara individu satu denan yang lain dalam kelompok
a)
pengertian tentang landasan sosiologi
Dimana suatu proses interaksi antar dua
individu,bahakan dua generasi dan memungkinkan generasi muda untuk
mengembangkan diri.sehingga melahirkan cabang cabang sosiologi antara lain
sosiologi pendidikan dan ruang lingkup yang di pelajari antara lain:
1) Hubungan
pendidikan dengan aspek masyarakat lain,yang mempelajari:
·
Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
·
Hubungan sisitem pendidikan dan proses
kontrol sosiala dengan sstem kekuasaan lain
·
Fungsi pendidikan dalam memelihara dan
mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan
·
Hubungan antar kelas social
·
Fungsional pendidikan formal yang
mencakup hubungan dengan ras,kebudayaam dan kelompok kelompok dalam masyarakat
2) Hubungan
kemanusiaan di sekolah yang meliputi:
·
Sifat
kebudayaan dalam sekolah yang khusus dan berbeda dengan kebudayaan di
luar sekolah
·
Pola interaksi dan struktur masyarakat
sekolah
·
Pengaruh sekolah pada perilaku
anggotanya,yang mempelajari:
·
Peranan sosial guru
·
Sifat
kepribadian guru
·
Pengaruh kepribadian guru terhadap
tingkah laju sisiwa
·
Fungsi sosial sekolah pada sosialisasi
anak anak
3) Sekolah
dalam komunitas,mempelajari pola interaksi antara sekolah dalam komunitasnya
yang meliputi:
·
Pelukisan komunitas sekolah sepertti
tampaknya dalam prganisasi sekolah
·
Analisis tentang proses pendidikan
seperti tampak pada kaum sosila tak terpelajar
·
Hubungan antara sekolah dan komunitas
dalam fungsi pendidikannya
·
Faktor faktor demografi dan ekologi
dalam organisasi sekolah
Dalam keempat nidang di atas yang di pelajari
untuk memahami pendidikan dalam masyarakat menurut Wayan ardhan.
b) Masyarakat
indonesia sebagai landasan sosiologi sistem pendidikan nasional (sisdiknas)
Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama anatara lain:
·
Adanya interaksi antar warga warganya
·
Pola tingkah laku yang diatur adat
istiadat,hukum dan norma yang berlaku
·
Adanya rasa identitas yang mengikat pada
warganya.
c. Landasan
Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai
hubungan timbale balik, sehingga kebudayaan dapat dilestarikan/dikembang dengan
jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan
pendidikan, baik secara informal maupan formal.
a)
Pengertian tentang Landasan Kultural
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya
manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan,
dan dalam belajar arti luas dapat berwujud:
·
Ideal seperti ide, gagasan, nilai dan
sebagainya.
·
Kegiatan yang berpola dari manusia dalam
masyarakat, dan
·
Fisik yakni benda hasil karya manusia
b) Kebudayaan
Nasional sebagai Landasan Sisitem Pendidikan Nasional
Seperti yang di kemukakakan sisdiknas,
yaitu pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia, dimana
kehidupan masyarakat indonesia yang
majemuk dan akan kaya kebudayaannya dan
keberadaan semua itu semakin kukuh. Oleh karena itu, kebudayaan nasional
haruslah dipandang dalam latar perkembangan yang dinamis, seiring dengan
semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan asas
Bhinneka Tunggal Ika.
d. Landasan
Psikologis
Pendidikan
selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis
merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Pada
umumnya landasan psikologis dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada
pemahaman manusia, khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar.
a) Pengertian
Landasan Psiklogis
Pemahaman peserta didik utamanya yang
berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan faktor keberhasilan untuk
pendididkan. Dalam maksud itu, Psikologi menyediakan sejumlah informasi/kebutuhan
tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala – gejala yang
berkaitan dengan aspek pribadi.
Seperti
di kemukakakn teori A.maslow kategori kebutuhan menjadi enam kategori meliputi:
·
Kebutuhan fisiologis: kebutuhan
memmpertahankan hidup (makan, tidur, istrahat dan sebagainya)
·
Kebutuhan rasa aman: kebutuhan terus
nenerus merasa aman dan bebasdari ketakutan
·
Kebutuhan akan cinta dan
pengakuan:kebutuhan rasa kasih sayang dalam kelompok
·
Kebutuhan akan alkuturasi diri:kebutuhan
akan potensi potensi yang di miliki
·
Kebutuhan untuk mengetahui dan di
pahami:kebutuhan akan berkaitan dengan penguasaan iptek
b) Perkembangan
peserta didik sebagai landasan psikologis
Perkembangan manusia berlangsung sejak
konsepsi (pertemuan ovum dan sperma) sampai saat kematian, sebagai perubahan
maju (progresif) ataupun kadang-kadang kemunduran (regresif).
Salah satu aspek dari pengembangan
manusia seutuhnya adalah yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian,
utamanya agar dapat diwujudkan kepribadian yang mantap dan mandiri. Meskipun
terdapat variasi pendapat, namun dapat dikemukakan beberapa prinsip umum
kepribadian. Disebut sebagai prinsip prinsip umum karena:
·
Prinsip tersebut yang dikemukakan dengan
variasi tertentu dalam berbagai teori kepribadian.
·
Prinsip itu akan tampak bervariasi pada
kepribadian manusia tertentu (sebab: kepribadian itu unik)
Terdapat
dua hal kepribadian yang penting di tinjau dari konteks perkembangan
kepribadian, yakni:
·
Terintegrasinya seluruh komponen ke
dalam struktur yang teroganisir secara sistematik.
·
Terjadi tingkah laku yang konsisiten
dalam menghadapi lingkungan.
e. Landasan
Ilmiah dan Teknologis
Seperti
yang kita ketahui, iptek menjadi bagian utama dalam isi pengajaran; dengan kata
lain, pendidikan sangat berperan penting dalam pewarisan dan pengembangan
iptek.
a) Pengertian
tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Terdapat
beberapa istilah yang perlu dikaji agar jelas makna dan kedudukan masing-masing
yakni pengetahuan, ilmu pengetahuan, teknologi. Pengetahuan (knowledge) adalah segala
sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara pengindraan terhadap fakta,
penalaran (rasio), intuisi, dan wahyu.
b)
Perkembangan Iptek sebagai Landasan
Ilmiah
Iptek
merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Bukti historis
menunjukkan bahwa usaha mula bidang keilmuan yang tercatat adalah oleh bangsa
Mesir purba, dimana banjir tahunan sungai Nil menyebabkan berkembangnya system
almanac, geometri dan kegiatan survey.
4. Pengertian
Asas-asas Pendidikan
Asas-asas pendidikan merupakan suatu kebenaran
menjadi dasar atau tumpukan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun
pelaksanaan pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia
itu dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri. Diantara asas-asas tersebut
adalah Asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hidup, dan asas
kemandirian dalam belajar.
5.
Macam – macam Asas Pendidikan
a.
Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, Tut Wuri Handayani
merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki
Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan
menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarsa Sung Sung Tulada dan Ing Madya
Mangun Karsa.
Kini ketiga semboyan tersebut telah
menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
·
Ing Ngarsa Sung Tulada ( jika di depan
menjadi contoh).
·
Ing Madya Mangun Karsa (jika
ditengah-tengah memberi dukungan dan membangkitkan semangat).
·
Tut Wuri Handayani (jika di belakang
memberi dorongan/mengikuti dengan awas).
b.
Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas
belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi
lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang
dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu
dimensi vertikal dan horisontal.
·
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah
meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan
keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
·
Dimensi horisontal dari kurikulum
sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
pengalaman di luar sekolah.
c.
Asas Kemandirian dalam Belajar
Baik asas tut
wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung erat kaitannya
dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsipnya
bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam
belajar.
Selanjutnya, asas belajar sepanjang
hayat hanya dapat diwujudkan apa bila didasarkan pada asumsi bahwa peserta
didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin
seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan
guru ataupun orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam
belajar akan mampu menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan
motivator, disamping peran –peran lain: informator, organisator dan sebagainya.
Sebagai fasilitator guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber
belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber
– sumber tersebut. Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk
memanfaatkan sumber belajar itu.
BAB
III
KESIMPULAN
Pendidikan merupakan sarana untuk mengembangkan
potensi yang ada di dalam diri manusia. Pendidikan adalah hal yang penting
dikehidupan manusia maka pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan
hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat suatu
akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu apabila terjadi suatu kekeliruan
yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya.
Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat
mungkin dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Prof. Dr. Umar
Tirtarahardja, dkk. 2008. Pengantar Pendidikan (edisi revisi).
Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Komentar
Posting Komentar
Hallo terima kasih sudah membaca. Semoga bahagia!