DINARA: RINDU TAK BERTUAN— CEPREN

"Din, tolong bantu ibu melipat baju.."
Dinara diam saja, tak menjawab perintah ibunya.
"Din? Kamu kenapa, kok ibu panggil diam saja?
"Emm, tidak bu. Dinar tadi tidak mendengar, maaf"
"Ya sudah, sini bantu ibu melipat baju. Baju bapak dan bajumu banyak juga ternyata"
"Iya bu."


Rupanya ia masih terdiam. Ia masih memikirkan perkataan bapaknya yang tidak setuju dengan keinginannya untuk kuliah di Jepang. Kota Shibuya, kembali menjadi kota buram yang hanya ada pada lamunannya saja.


***


Terdiamnya tadi, membawa ingatannya pada seseorang pada masa lalunya yang menceritakan tentang Shibuya. Dinara mengingat, orang itu menceritakannya dengan baik sehingga ia antusias mendengarnya. Orang itu begitu baiknya pada Dinara. Saat bercerita, orang itu selalu bersemangat seakan Shibuya adalah tempat yang ingin orang itu kunjungi. Bahkan orang itu pernah mengajaknya melihat video tentang Shibuya di laptopnya. 


"Din, kelihatannya bila kita bisa ke Shibuya berdua akan menyenangkan. Berjalan melintasi zebra cross diantara orang banyak. Tertawa sambil berjalan, tak perlu mendengar jeritan kendaraan. Dan ramai orang berjalan. Terlihat sungguh menyenangkan."


Mendengarkan perkataan orang itu, Dinara terdiam, malihat wajah orang itu dengan pikiran kosong. Ia tak bisa membalas perkataan orang itu. Tetapi ia bisa merasakan adanya hal yang berbeda dari orang itu. 


Perkataan orang itu membuat sebuah tanda tanya untuknya. Mencari maksud perkataannya, namun tak ditemukan. Ia juga tak berani untuk bertanya maksud dari perkataan itu. Ia dibuat penasaran, dan hanya bisa menerka-nerka. Hingga video itu selesai Dinara tetap terdiam, memikirkan maksud dari perkataan orang itu.


Mereka sudah cukup lama kenal. Tidak ada hubungan yang spesial di antara mereka. Namun orang itu, selalu baik kepada Dinara. Selalu menceritakan tentang Jepang dan orang-orangnya kepada gadis itu. Tak hanya Jepang dan Shibuya yang pernah orang itu ceritakan. Ia juga pernah bercerita tentang seorang putri yang tak pernah mendapatkan keinginannya. Serta masih banyak lagi cerita yang ia bagikan. Setiap mereka bersama pasti ada saja perkataan dari orang itu yang tak pernah terpikirkan oleh Dinara. Bahkan terkadang perkataan konyol kerap orang itu katakan. 


"Din apakah kau pernah mendengar tentang...." Belum selesai orang itu berbicara, Dinara sudah memotongnya.
"Mendengar tentang apa?"
"Tentang orang yang selalu dirindukan adalah mereka yang selalu berbuat kekonyolan."
"Aku tidak pernah mendengarnya, yang aku tahu orang yang selalu dirindukan adalah mereka yang spesial untuk kita."
"Iya, hal itu juga benar. Tetapi terkadang orang yang bersifat konyol juga termasuk orang yang spesial."


Mendengar perkataan itu, Dinara kembali memperhatikan orang itu. Ia sadar bahwa orang itu terkadang bersifat konyol. Dan sekarang ia sedang merindukan kekonyolan itu. Ia sadar, setelah mereka berpisah, ada yang kurang dari kehidupannya. Tak ada lagi orang yang menceritakan tentang Jepang dan orang yang selalu bersifat konyol di depannya. Dinara sadar ia memiliki perasaan terhadap orang itu, tapi ia tak yakin perasaannya akan terbalas. Alhasil Dinara memilih menyimpan dan merasakannya sendiri.


Sekarang ia paham atas perkataan itu, yaitu dimana ia merindukan kekonyolan orang itu. Tetapi ia juga paham kerinduan itu tak bisa tersampaikan, tak ada lagi kontak dan hubungan antara mereka berdua. Dan sekarang Shibuya dan orang itu hanya hayalan yang dirindukan. Kerinduan tersebut tidak tahu kapan akan berlabuh, dan kerinduan tersebut hanya menjadi harapan yang sulit untuk tersampaikan.


"Din, ibu sudah lelah. Ini dilanjutkan besok lagi saja. Lagian ini sudah malam, sana kamu tidur, istirahat. Besok bantu ibu ke pasar."

"Iya bu, ya sudah bu, Dinar ke kamar Dulu"


Dinara pun pergi ke kamarnya meninggalkan ibunya yang sedang memindahkan baju ke atas risban. Ia juga meninggalkan kerinduan itu diantara lipatan baju. Ia sengaja meninggalkannya, karena ia ingin tidur nyenyak malam ini.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiga Mantra Kehidupan.

SUSUNAN PENGURUS ROMANSAKA 2014/2015

Senandika 26