POV : SI JULI

Ini lupa atau bagaimana, aku tak ternarasi hari ini. Apakah dia terlalu sibuk? Setiap hari dia hanya berjalan ke depan dan ke belakang, akhirnya tidur juga. Apa dia sedang tidak baik? Tidak mungkin, lihat pipinya mengembang seperti terkena ragi kue. Apa dia lupa? Sepertinya tidak mungkin, aku tahu dia selalu menanti pertemuan kita yang singkat ini. Ahh, biarlah kali ini aku saja yang bernarasi.

Seminggu terakhir aku tahu dia selalu memikirkanku, memikirkan apa yang akan terjadi nantinya. Raut mukanya selalu terlihat biasa, tapi hati dan pikirannya selalu aku yang ada. Aku tahu persis apa yang dia rasakan, walaupun aku tak selalu bersamanya. Bahkan apa yang sedang ia resahkan aku tahu. Aku hanya tau tak bisa membantu.

Sekarang sudah kesekian kalinya kita bertamu, dia selalu mengatakannya dengan "kepala dua koma tiga". Mungkin yang dimaksud adalah 23. Situasi yang sama terulang setiap tahunnya. Dia selalu bernarasi tentang aku dan pertemuan ini. Dia juga selalu menuliskan harapkan yang selalu aku aminkan. Perlu dia tahu, bahwa aku tak bisa berbuat apapun atas usahanya kecuali hanya "amin". Aku tak ada kuasa apapun atas keinginannya, bahkan untuk merubah jalan hidupnya. Selain "amin" aku hanya bisa mendengarkan apa harapan yang dia inginkan. Ketika aku mendengar ia bersyukur atas tercapai keinginannya. Aku juga tersenyum, merasa senang karena dia berbahagia. Beberapa doa dan harap ya sudah terkabul. Tahun ini saja dia sudah berhasil mendapatkan dua keinginannya. Bahkan nikmat yang ia tidak usahakan pun menyertainya. Banyak hal baik pada tahun ini untuknya. Terkadang aku ingin berterima kasih kepada setiap orang yang ia temui. Karena sekarang aku yang bernarasi, aku ingin berterima kasih kepada setiap orang yang telah membuat dia bahagia dan belajar banyak. Dari awal tahun dia mendapatkan kebahagiaan. Namun terkadang aku ironi ketika ia tak bersyukur atas hal baik yang ia dapatkan.

Kali ini aku tak bernarasi tentang pertemuan ini. Walaupun aku tak bisa membantu usahanya, aku tetap ingin menyampaikan harapan baik untuknya.

"Hallo kau diriku yang berwujud, ada harapan disetiap pertemuan ini. Aku yang kali ini berkesempatan bernarasi di sini, ada yang ingin aku sampaikan kepadamu. Segeralah menjadi orang yang tak pernah menunda-nunda pekerjaan. Sebenarnya aku tahu, kau tahu ketika menunda-nunda pekerjaan sama dengan menunda-nunda kesempatan. Tapi kau tetap acuh walau kau tahu itu salah. Aku dengar hatimu bernafas debu, terlihat kosong dan tak berpenghuni. Apakah kau masih tak mau membuka pintu? Aku harap segera kau buka pintu. Kau pasti tahu maksudku. Semoga kau juga segera bebas dan tak menyandang lagi sebagai beban orang tua. Segera mungkin kau harus mendapatkannya. Semoga semua doamu teramintakan. Dan jangan lupa selalu bangun pagi, kasihan kucingmu selalu mengeong lapar saat fajar datang. Aku tak pandai bernarasi tentang harapan. Semoga kebaikan selalu mengalir dan menyertaimu"

Mungkin sekian saja narasi ini. Semoga kau cepat membacanya. Dan memberi kabar kepadaku. Salam buat kucingmu yang mirip denganmu~




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiga Mantra Kehidupan.

SUSUNAN PENGURUS ROMANSAKA 2014/2015

Senandika 26